"Yang dikatakan oleh pelaku, mereka adalah kafir harbi (kafir yang wajib diperangi)."
Pengiriman paket bom-buku marak di Jakarta belakangan ini. Beragamnya individu yang menjadi target menimbulkan berbagai spekulasi. Namun, polisi melihat ada benang merah dari profil empat individu yang dijadikan target."Pikiran dan ucapan mereka dipersepsikan pelaku sebagai penghalang dari apa yang menjadi tujuan pelaku. Ideologi pelaku ingin mendirikan khilafah (negara Islam). Orang berpikiran seperti inilah yang kami hadapi," kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Teroris, Inspektur Jenderal Pol. Ansyaad Mbai dalam diskusi "Setelah Bom Buku, Terbitlah Isu" yang diadakan Radio Trijaya di Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu, 19 Maret 2011. Keempat target bom yang dimaksud Ansyaad adalah pendiri Jaringan Islam Liberal Ulil Abshar Abdalla, Kepala Badan Narkotika Nasional Komjen Pol. Gories Mere, Ketua Umum Pemuda Pancasila Japto S. Soerjosoemarno, dan pentolan grup musik Dewa 19, Ahmad Dhani.
Menurut Ansyaad, dengan menggunakan prinsip jihad, pelaku tak segan memerangi semua musuh yang dipersepsikan menghalangi tujuan mereka. Keempat penerima paket bom dianggap sebagai musuh dan antek Yahudi.
"Itu yang dikatakan oleh pelaku, bahwa mereka adalah kafir harbi (kafir yang wajib diperangi)," ujar Ansyaad.
Mengenai modus pengiriman bom-buku, Ketua Desk Koordinasi Pemberantasan Teroris ini mengatakan, "Itu pesan seperti 'kami akan melawan Anda'."
Namun, Ansyaad mengaku belum dapat memastikan pelaku teror bom-buku berasal dari jaringan ekstremis mana. Menurut dia, belum tentu mereka berasal dari kelompok yang sudah dikenal aparat.
Karena, lanjut dia, masih ada juga kelompok lain tapi sepaham dengan jaringan ekstremis. "Istilahnya, like minded group atau like minded person. Misalnya, seperti bom sepeda Bekasi, pelakunya tidak termasuk dalam kelompok siapa-siapa."
Ansyaad berharap masyarakat bersabar menunggu hasil penyelidikan polisi. "Biarkanlah proses penyelidikan oleh polisi berjalan normal sesuai kaidah. Kalau didesak segera tangkap, nanti bisa salah tangkap," Ansyaad mengingatkan
No comments:
Post a Comment