Fenomena supermoon sempat membuat panik warga Aceh. Mereka mengira tsunami datang.
Cuaca cerah jadi syarat mutlak untuk bisa melihat fenomena lunar perigee atau disebut juga 'supermoon' yang terjadi mulai Sabtu malam, 19 Maret 2011.
Warga Banda Aceh termasuk yang beruntung bisa menyaksikannya, Pantauan Maykin Pranata Gurusinga cahaya terang dari langit menyinari bumi Aceh sejak lepas maghrib. Tak seperti biasa, Bulan mengeluarkan cahaya yang terang, menyilaukan mata jika dilihat dalam waktu yang lama.
Lepas dari keindahannya, fenomena supermoon sempat membuat panik warga di Pidie, Lhokseumawe, dan Langa di Bireuen kemarin. Terjadi kepanikan warga saat melihat air laut merendam pemukiman warga yang dekat dengan bibir pantai. Mereka panik, mengira terjadi tsunami.
Sekolah, perkantoran, dan pasar juga terpaksa menghentikan aktivitasnya. Warga berebut naik ke atas bukit untuk menyelamatkan diri. Dilaporkan, dua warga di Pidie meninggal dunia akibat isu tsunami. Karena serangan jantung dan darah tinggi.
Saat dihubungi, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Blang Bintang, Banda Aceh, Alfian, masyarakat tak perlu panik menanggapi fenomena supermoon. "Kami bahkan tidak mengeluarkan peringatan karena ini peristiwa biasa," kata Alfian, saat dihubungi VIVAnews.com, Sabtu malam, 19 Maret 2011.
Tahun ini, Bulan hanya akan berjarak sekitar 221.567 mil atau 356.578 kilometer. Jarak paling dekat dalam kurun waktu 18 tahun. Beberapa orang menghubung-hubungkan fenomena ini dengan bencana. Adalah astrolog, Richard Nolle yang awalnya menghubung-hubungkan fenomena supermoon dengan bencana alam. Ia mengklaim supermoon akan memicu gempa bumi, gunung meletus, dan badai besar.
Salah satunya yang dipakai jadi dasar teori ini adalah fakta tsunami Aceh 2004 yang merenggut lebih dari 200 ribu nyawa terjadi dua minggu sebelum supermoon 2005. Juga gempa 9,0 SR dan tsunami di Jepang, Jumat 11 Maret 2011 yang terjadi delapan hari sebelum supermoon 2011.
Namun, teori ini dibantah Badan Antariksa Amerika Serikat, NASA. Ilmuwan Goddard Space Flight Center NASA, Jim Garvin mejelaskan, supermoon terjadi saat Bulan sedikit mendekat ke Bumi daripada rata-rata. Efek ini paling terlihat saat terjadi bulan purnama. "Bulan akan terlihat lebih besar, meski perbedaan jarak dari Bumi hanya beberapa persen di banding biasanya," kata dia seperti dimuat situs Space.com.
Kata dia, efek bulan terhadap bumi telah lama menjadi subyek studi. "Efek supermoon terhadap Bumi kecil. Dan menurut studi detil para seismolog dan vulkanolog, kombinasi antara supermoon dan bulan purnama tidak mempengaruhi energi internal keseimbangan di bumi." Meski bulan berkaitan dengan kondisi pasang surut Bumi, itu tidak mampu memicu gempa besar dan mematikan.
Kekuatan justru berada di Bumi. "Bumi menyimpan energi di balik lapisan luar atau keraknya. Perbedaan daya pasang surut yang diakibatkan bulan (juga matahari) tidak cukup mendasari munculnya kekuatan besar dari dalam bumi."
Laporan: Maykin Pranata Gurusinga
No comments:
Post a Comment