Sejumlah pakar berjibaku meminimalisir kebocoran nuklir di Fukushima, utara Tokyo.
Setidaknya 1.000 orang dikhawatirkan tewas setelah gempa 8,9 SR dan tsunami menghantam Jepang, Jumat siang 11 Maret 2011. Tsunami yang dipicu gempa tersebut membawa air dengan ketinggian gelombang 4-6 meter. Dikutip dari laman Telegraph, kepolisian setempat mengatakan 200-300 mayat ditemukan di Sendai, 150 mil atau sekitar 241 kilometer utara Tokyo. Sebanyak 151 lainnya terkonfirmasi tewas. Selain itu, 547 warga dinyatakan hilang dan sedikitnya 800 orang terluka.
Ratusan turis juga diduga ikut hilang setelah ada laporan sebuah kapal dengan 100 penumpang dinyatakan hilang di laut. Belum lagi laporan hilangnya dua kereta api yang mengangkut ratusan penumpang di wilayah Miyagi.
Tak hanya itu, sejumlah pakar berjibaku meminimalisir kebocoran nuklir di Fukushima, utara Tokyo. Sekitar 3000 orang tinggal di radius dua mil telah dievakuasi. Penduduk yang tinggal tujuh mil dari pusat nuklir ini diminta tinggal dalam rumah.
Awalnya, pemerintah Jepang bersikukuh bahwa kebocoran ini tidak beresiko meski sistem pendinginan dinyatakan gagal. Namun, juru bicara Tokyo Electric Power, perusahaan pemilik pabrik nuklir tersebut mengakui kemudian ada masalah. Perdana Menteri Jepang Naoto Kan mendeklarasikan darurat nuklir setelah Menteri Perdagangan negara itu itu mengakui bahwa kebocoran nuklir menyebarkan radiasi di pembangkit listrik Fukushima tersebut.
No comments:
Post a Comment