Ketua Tim Kajian Pengaturan BBM Bersubsidi, Anggito Abimanyu, mengatakan, pembatasan BBM akan menghemat subsidi Rp5,84 triliun pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2011. Penghematan itu akan terus bertambah hingga Rp18,66 triliun pada 2013.
Hasil kajian dari tim Institut Teknologi Bandung, Universitas Gadjah Mada, dan Universitas Indonesia menunjukkan pembatasan BBM akan menghemat 3,2 juta kiloliter atau setara Rp5,84 triliun pada APBN 2011. Untuk tahun depan, cara itu mampu menghemat 6,7 juta kiloliter atau setara Rp13,48 triliun.
Selanjutnya, pada 2013, penghematan akan menjadi lebih besar yaitu 9,3 juta kiloliter atau setara Rp18,66 triliun.
Anggito membandingkan, jika tanpa pembatasan Premium, konsumsi BBM bersubsidi itu diperkirakan terus membengkak, sehingga menambah beban subsidi. Tanpa kebijakan pengaturan, konsumsi Premium meningkat dari 23,19 juta kiloliter menjadi 26,33 juta kiloliter, sedangkan konsumsi BBM dari 38,5 juta kiloliter menjadi 41,7 juta kiloliter.
Sementara itu, untuk subsidi Premium naik dari Rp40,54 triliun menjadi Rp46,38 triliun. "Kenaikan harga minyak Indonesia rata-rata US$10 per barel akan menambah defisit Rp7 triliun," ujar Anggito di Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Jakarta, Selasa, 8 Maret 2011.
Tim kajian ini mengajukan tiga opsi, yaitu pertama, harga premium naik menjadi Rp5.000 atau naik Rp500 per liter. Sementara itu, untuk angkutan umum diberikan cash back (pengembalian), sehingga secara riil, harga Premium untuk angkutan umum tidak naik. Akibatnya, kendaraan bermotor roda dua dan mobil pribadi harus membayar biaya tambahan.
Kedua, pengalihan konsumsi Premium ke Pertamax untuk mobil pribadi. Jika harga keekonomian Pertamax di atas Rp8ribu, harga Pertamax dipatok sementara pada harga subsidi Rp8ribu.
Ketiga, harga Premium naik menjadi Rp5.500 per liter, sedangkan penjatahan volume Premium harga Rp4.500 liter untuk kendaraan umum pelat kuning. Dalam opsi ini perlu ada kendali seperti penggunaan RFID (radio frequency identification).
Ketua Tim Kajian Pengaturan BBM Bersubsidi, Anggito Abimanyu, mengatakan, pembatasan BBM akan menghemat subsidi Rp5,84 triliun pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2011. Penghematan itu akan terus bertambah hingga Rp18,66 triliun pada 2013.
Hasil kajian dari tim Institut Teknologi Bandung, Universitas Gadjah Mada, dan Universitas Indonesia menunjukkan pembatasan BBM akan menghemat 3,2 juta kiloliter atau setara Rp5,84 triliun pada APBN 2011. Untuk tahun depan, cara itu mampu menghemat 6,7 juta kiloliter atau setara Rp13,48 triliun.
Selanjutnya, pada 2013, penghematan akan menjadi lebih besar yaitu 9,3 juta kiloliter atau setara Rp18,66 triliun.
Anggito membandingkan, jika tanpa pembatasan Premium, konsumsi BBM bersubsidi itu diperkirakan terus membengkak, sehingga menambah beban subsidi. Tanpa kebijakan pengaturan, konsumsi Premium meningkat dari 23,19 juta kiloliter menjadi 26,33 juta kiloliter, sedangkan konsumsi BBM dari 38,5 juta kiloliter menjadi 41,7 juta kiloliter.
Sementara itu, untuk subsidi Premium naik dari Rp40,54 triliun menjadi Rp46,38 triliun. "Kenaikan harga minyak Indonesia rata-rata US$10 per barel akan menambah defisit Rp7 triliun," ujar Anggito di Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Jakarta, Selasa, 8 Maret 2011.
Tim kajian ini mengajukan tiga opsi, yaitu pertama, harga premium naik menjadi Rp5.000 atau naik Rp500 per liter. Sementara itu, untuk angkutan umum diberikan cash back (pengembalian), sehingga secara riil, harga Premium untuk angkutan umum tidak naik. Akibatnya, kendaraan bermotor roda dua dan mobil pribadi harus membayar biaya tambahan.
Kedua, pengalihan konsumsi Premium ke Pertamax untuk mobil pribadi. Jika harga keekonomian Pertamax di atas Rp8ribu, harga Pertamax dipatok sementara pada harga subsidi Rp8ribu.
Ketiga, harga Premium naik menjadi Rp5.500 per liter, sedangkan penjatahan volume Premium harga Rp4.500 liter untuk kendaraan umum pelat kuning. Dalam opsi ini perlu ada kendali seperti penggunaan RFID (radio frequency identification).
No comments:
Post a Comment